Check-my-email.com – Belum lama ini warganet dihebohkan dengan kabar bahwa YouTube tidak mengizinkan akun yang diyakini dioperasikan oleh Taliban di dalam situsnya tersebut. Dimana, perusahaan media sosial ini sedang menghadapi berbagai macam pertanyaan terkait seperti apakah mereka akan menghadapi kelompok dengan yang secara cepat menguasai Afghanistan. Maka dari itulah mengapa Youtube larang konten Taliban. Kembalinya kekuasaan Taliban setelah dua puluh tahun sudah menimbulkan kekhawatiran terhadap tindakan kekerasan terhadap kebebasan berbicara serta hak asasi manusia.
Terutama hak-hak perempuan, tidak hanya itu saja ini juga menyangkut paut kekhawatiran kalau misalnya Afghanistan bisa kembali menjadi hotspot terorisme global. Media sosial YouTube sendiri menegaskan kembali kalau misalnya larangannya terkait kelompok ini merupakan pendekatan yang telah berlangsung sejak lama. Pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban di Afghanistan ini sendiri mengeluarkan tantangan untuk berbagai macam media sosial utama beserta platform perpesanan terkait apa dan siapakah harus diizinkan di dalam platform mereka.
Perusahaan perpesanan seperti Facebook, WhatsApp sendiri sudah menutup saluran bantuan pengaduan untuk penduduk Afghanistan dalam menghubungi Taliban yang merupakan dibentuk oleh kelompok itu setelah menguasai Kabul di hari Minggu lalu. Dimana, media sosial Youtube larang konten Taliban yang hingga saat ini masih disoroti. Facebook sendiri kabarnya menyatakan kalau misalnya mereka sudah melarang berbagai macam konten-koten propaganda Taliban sejak lama.
Tak hanya itu saja bahkan mereka juga akan tetap menerapkan adanya larangan tersebut. Hal ini dikarenakan Taliban masih masuk ke dalam daftar kelompok yang merupakan dianggap sebagai teroris oleh negara Amerika Serikat. “Taliban ditetapkan sebagai organisasi teroris di bawah hukum Amerika Serikat,” ungkap seorang juru bicara Facebook pada hari Selasa 17 Agustus 2021 kemarin dilansir dari CNN Indonesia.
“Dan kita melarang mereka pada pelayanan kita di bawah kebijakan Organisasi Berbahaya yang kita terapkan ini,” juru bicara Facebook pada hari Selasa 17 Agustus 2021 kemarin dilansir dari CNN Indonesia. “Kami mengarahkan tim juga yang terdiri dari ahli-ahli Afghanistan,” sambungnya dilansir dari CNN Indonesia.com. “Yang fasih berbahasa Dari beserta Pasto dan juga memiliki pengetahuan konten lokal,” lanjut Facebook dari CNN Indonesia.com.
Nomor pengaduan yang merupakan sebuah hotline darurat untuk penduduk sipil buat melaporkan penjarahan maupun kekerasan dan permasalahan lain diblokir oleh media sosial Facebook di hari Selasa 17 Agustus 2021 kemarin dengan saluran secara resmi Taliban lainnya. Lebih lanjutnya dia juga menjelaskan kalau misalnya Facebook telah membentuk satu tim. Tim tersebutlah untuk mengawasi konten-konten terhadap Taliban tersebut. Selain itu, tim akan secara langsung menghapus gambar, unggahan, video beserta konten lainnya berkaitan Taliban.
Belum cukup disitu saja, tim akan menghapus akun-akun dikelola maupun mewakili Taliban. Tidak hanya itu saja mereka juga akan segera menghapus akun-akun membela maupun mendukung Taliban. Di sisi lain pihak, seorang juru bicara Taliban malah menuding Facebook sudah memotong beserta menyensor konferensi pers mereka. Sedangkan sosial media Twitter sedang meninjau aturannya buat para pemimpin dunia di dalam platformnya tersebut. Juru bicara Twitter sendiri menyatakan dalam sebuah pernyataan kalau jaringan itu akan meninjau konten yang bisa saja melanggar aturannya.
Khususnya terkait kekerasan maupun manipulasi platform seperti dilansir dari The Hindu. Pada saat ditanyakan apakah perusahaan melarang Taliban, di hari Senin 16 Agustus 2021 kemarin, YouTube menolak untuk berkomentar. Namun pada hari Selasa 17 Agustus 2021 kemarin YouTube menyatakan kalau misalnya larangan terkait kelompok itu merupakan pendekatan sudah berlangsung lama sekali. Untuk itu sang juru bicara dari Taliban sendiri dengan memiliki ratusan ribu pengikut itu sudah mencuit di media sosial Twitter soal update pengambilalihan negara tersebut.
Ada salah satu seorang Twitter menyatakan kalau misalnya jaringan ini akan meninjau konten yang dapat melanggar aturan apalagi untuk pemuliaan kekerasan maupun manipulasi platform. Hingga saat ini sendiri belum ada kabar lebih lanjut terkait dengan larangan konten-konten Taliban tersebut. Begitu juga dengan media sosial YouTube yang mana belum ada kabar lebih lanjut lagi terkait Youtube larang konten Taliban.